Tiga Tahun Yang Lalu

Tiga tahun terakhir merupakan masa yang penuh perubahan. Dalam 3 tahun begitu banyak perubahan yang kualami. Dari single tanpa pacar, ketemu calon suami dalam situasi tak terduga n waktu yang tak disangka2, hingga proses menuju pernikahan yang relatif cepat, kemudian menikah n punya anak. Menakjubkan. Tidak henti2nya bersyukur.

(Sebenernya harusnya ditulis tanggal 8 Maret nih... di hari dia melamarku :) cuma kok ya baru kepikiran sekarang)

Aku mau flashback awal kami bertemu.

Dalam keadaan desperado karena (ketika saat itu) di usia yang ke-26, belum juga menemukan seseorang yang layak dijadikan suami, tiba2 aja ada yang ngajak kenalan lewat YM... ngajak ngobrol gak penting pula. Untunglah ternyata dia rekan 1 angkatan masuk instansi di mana aku bekerja yang juga adalah temannya teman2ku, cuma aku gak tau orangnya tapi dia tau aku (aku yang kuper atau dianya yang kurang terkenal yak :)) jadinya kuladeni. Coba kalau bener2 orang asing yang gak ada hubungan koneksi pertemanan sama sekali, sudah kucuekin tuh :D 

Sekitar 1-2 bulan hanya berkomunikasi pendek2 lewat YM dan juga telepon.. berkembanglah untuk kopi darat :)) Dia yang saat itu di Bandung bermaksud mengunjungiku ke Jakarta. Diajaknya aku ke museum. Weekkkss!!! Kencan pertama ke museum??? Bener2 lelaki aneh. Yang ada dalam bayanganku adalah ini orang jangan2 kutu buku, culun n serius kali orangnya. Langsung drop deh, rada ilfeel. Lihat2 di friendster (haha iya jaman dulu masih musim friendster... well, peralihan ke facebook sih...) untuk pengen tau wajahnya, hlaaah emang iya culun! Gak ada keren2nya. Mungkin aslinya agak sedikit ganteng cuma kurang banyak polesan :D

Tapi agak penasaran juga berhubung setelah tanya beberapa teman katanya sih orangnya baik n direkomendasikan untuk kenal lebih jauh deh siapa tau cocok untuk dijadikan suami. Maka dengan berharap2 cemas jadilah kuterima tawaran kencannya, dengan catatan gak ke museum. Setelah tawar menawar jadilah kesepakatannya ke planetarium aja. Tetep aja abnormal. Biasanya mah cowok ngajak kencan tuh makan, nonton film.... atau ngajak lari pagi terus dilanjut sarapan bareng bahkan rasanya lebih normal dari pada ke museum or planetarium.

Selanjutnya bingung, masak pergi berduaan aja. Kalo orangnya garing gimana??? Bisa mati gaya dong aku. Jadinya kubilang aku mau ajak teman, jadi silakan dianya ajak teman juga.

Entah kenapa, di hari H-nya temanku yang tadinya sudah mengiyakan malah mendadak membatalkan karena capek habis lembur malam sebelumnya. Hlaaah, kupaksa2 juga ga berhasil, ya sudah gimana lagi aku sudah terlanjur janji, berangkat juga aku ke blok M terminal tempat janjian ketemuannya. (bener2 gak elit!!!) Ternyata temannya dia pun tiba2 membatalkan janji karena keperluan lain.

Agak kaget begitu ketemu, bener2 gak ada keren2nya. Udah muka seadanya gitu :D pake kaos hitam yang gak keren, celana tentara hijau blonteng2, sendal jepit buat ke warung, n tas selempang batik yang warnanya udah pudar serta sobek. Sementara akunya lumayan keren n rapi.

Naik kopaja lah kami menuju planetarium. Di sana banyak anak2 SD antri. Lagi musim karyawisata kali ya itu rame banget banyak grup dari sekolahan SD. Setelah nyaris ga dapet tiket, akhirnya dapet juga karena beli di calo. Hyaaah, mau masuk planetarium aja beli tiket di calo.

Begitulah kencan pertama diakhiri dengan dianter pulang ke tempat kos. 

Esoknya ketika aku cerita ke salah seorang teman yang kenal baik dengannya, langsung dikompor2in untuk nembak duluan, dengan alasan, dia orangnya baik dll, jarang2 gitu hari gini ada cowok begitu, sangat direkomendasikan untuk dijadikan suami. Pake nambah2in banyak yang naksir juga sambil nyebut nama si ini si anu si inu. Haaahhh. Tambah bingung, orang kayak begitu banyak yang naksir...??? Langsung pula dikasih petunjuk hingga detil kata2 yang harus diucapkan dalam rangka menembak (dalam bahasa halusnya minta dinikahi :P)

Aku nembak duluan??? No way!!! Mau ditaro di mana nih muka kalau sampai ditolak?? Harga diriku?! Lagian kan belum tentu juga dianya lagi pdkt serius sama aku, siapa tau gak ada maksud tertentu cuma iseng doang sama aku... hari gini gitu, banyak yang pdkt gak jelas.

Eh tapi lama2 kok kepikiran juga ya... Ini pasti efek umur 26! Tertekan melihat teman2 sudah banyak yang menikah n punya anak. Tertekan dari keluarga dan rekan2 kantor yang terus2an nanya kapan kawin. Tertekan dengan keinginan diri sendiri untuk menikah di usia 27. Dan kini, gimana mau nikah di umur 27 kalau di saat umur 26 aja calon belum ada.

Jadi kepikiran buat nembak!

Kebetulan, dua minggu kemudian dia ngajak kencan kedua. Katanya sih kalau diajak kencan kedua berarti pertanda bagus. Berarti dianya masih tertarik setelah kencan pertama itu. Rencana kencan berikutnya lebih normal: nonton film di bioskop :) waktu itu yang lagi heboh film Ayat Ayat Cinta. Jadilah kami pergi nonton di Plaza Semanggi. Wah, jadi tambah pengen nikah :D

Pulangnya, sempet ngobrol di teras kos2an. Langsung berkecamuk dalam hati, nembak... enggak... nembak... enggak... nembak... enggak... eh lha ko tiba2 dia mulai berbicara yang menjurus dan kemudiaaaaan langsung ngajak nikah, saudara2! Tanpa candle light dinner yang romantis, tanpa iringan musik nan syahdu, tanpa surprise dikasih cincin berlian, tanpa on bended knee... Hanya dengan kata2 sederhana, duduk di teras kos2an (dan diduga keras diintip n dikuping sama ibu kos dari dalam rumah). 

Whuoaaa kagak ada keren2nya seperti yang selalu ada dalam bayanganku selama ini... yaaa sering lihat di film2 kan kalau orang ngajak nikah itu biasanya pas lagi makan malam romantis sambil dikasih cincin berlian dan kemudian ceweknya terbelalak kaget campur seneng... (karena diajak nikah n dikasih cincin berlian :) Atau cowoknya berlutut gitu... Lha ini, iya sih surprise, asli kaget, di pertemuan ke 2 kami, juga dalam waktu perkenalan yang sangat singkat, tiba2 dia mengajakku menikah.. dan senang juga karena aku tidak jadi mempermalukan diriku sendiri karena udah keduluan dia yang ngajak nikah :) Cuma sempet kepikiran, hah gini doang nih gua dilamarnya...??

Dalam keadaan bingung mau jawab apa, (hahaha dalam hati sih udah teriak2 deh, yes I do, I do!!! sekali lagi ini adalah efek usia 26 tahun belum punya calon pendamping) cuma kan sebagai perempuan, tetap dong harus tampil elegan jawabnya, jangan kelihatan ngebet banget to say 'yes I do'. Tiba2 dia bilang gak perlu jawab sekarang, dia kasih waktu 2 hari. Hah, baguslah, lebih baik begitu, jadi seolah2 aku jawabnya juga setelah melalui pertimbangan yang matang... padahal sih saat itu sudah tau mau jawab apa... :))


Kenapa aku memutuskan untuk bilang 'ya'? 


Pertama, seiman dan sepertinya sih agamanya cukup baik. Kedua, dalam perkenalan yang sebentar itu kesan yang kudapat adalah dia jujur, bertanggung jawab dan serius (ya iyalah, gak pake ngajak pacaran dulu). Ketiga, pertama kali janjian yang pertemuan pertama itu dan di awal2 selanjutnya dia datang on time (walau di kemudian waktu mulai sering ngaret).


Hal2 yang memberatkan, orangnya agak garing dan kurang lucu. Cara bicaranya kadang terlalu formal (dicurigai karena basic pendidikannya yang berkaitan dengan ilmu teknik yang cenderung menghasilkan orang2 dengan pribadi yang kaku). Juga terkesan idealis (ditengarai akibat didikan dosen2 dari institut terbaik bangsa).


Dengan pertimbangan bahwa, tidak ada orang yang sempurna, juga rekomendasi dari teman2 baik laki2 maupun perempuan, dan masukan dari ibu2 sekretaris di kantor, maka, jadilah kuterima.


Oh ya, karena tipe orangnya juga bukan yang suka berpacaran langsung dengan kencan untuk menghindari hal2 yang diinginkan, maka komunikasi lebih banyak lewat telepon, YM n email. Dan aku sempat mengirimkan pertanyaan2 layaknya perusahaan yang hendak merekrut calon karyawan. Benar2 formal. Dan jawaban2nya itulah yang membuatku tambah yakin pula. 


(pasangan yang aneh gak sih??)

Benar2 singkat, padat, efektif dan efisien :)