Wednesday 30 December 2009

To Whom It May Concern

Enaknya jadi abdi negara, segala hal yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas SDM (pada umumnya) akan didukung sepenuhnya oleh institusi dan juga atasan... Yah walau kitanya sendiri juga yang harus pro-aktif... Kalau tidak ada tawaran beasiswa sekolah/kursus yang mampir di unit kerja kita, ya kita yang mesti rajin cari info sendiri, tanya sana-sini... cari di internet... cari event pameran pendidikan... de-el-el... Karena seringkali surat tawaran yang datang ke ruangan sudah mepet waktu pendaftarannya, tinggal 2-3 hari lagi, ... atau bahkan sudah lewat masa berlakunya alias kadaluarsa... Anehnya... dari sejarah disposisinya, bisa dilihat, itu surat masuk ke departemen bisa jadi sudah 2-3 bulan sebelumnya... Saking sibuknya kali ya bapak2 n or ibu2 pejabat itu, sampai butuh waktu sekian lama untuk menurunkan surat itu...

Dengan pengalaman itu, maka aku berinisiatif untuk mempersiapkan segala persyaratan yang biasanya diperlukan untuk melamar beasiswa... Jadi kalau sewaktu-waktu ada tawaran, semua dokumen sudah siap... Salah satu yang wajib yaitu surat rekomendasi atasan (baca: bos besar). Tahu sendiri lah yang namanya bos besar... banyak kesibukan, banyak acara, banyak undangan, banyak yang nyari, banyak yang berkepentingan untuk bertemu... Jadi penting banget untuk bikin surat rekomendasi jauh2 hari... Jangan sampai pas kita butuh cepat karena waktu mepet beliau sedang dinas keluar kota atau bahkan keluar negeri... bisa gagal total tuh rencana... Sementara di dunia birokrasi penting banget tuh yang namanya status jabatan... Biasanya ada persyaratan hanya pejabat tingkat tertentu yang tanda tangannya diakui oleh pemberi beasiswa...

Di tempat kerjaku yang baru, kebetulan bos besar sedang ada pendidikan dalam rangka mau naik tingkat selama 10 bulan. Jadilah ketika aku minta surat rekomendasi dari pejabat eselon di bawahnya yang ditunjuk sebagai pejabat pengganti selama beliau tidak ada, sang pejabat pengganti tidak berani untuk memberikan surat rekomendasi... Untunglah tidak berapa lama kemudian bos besar selesai pendidikan, bersamaan dengan adanya tawaran beasiswa... Tidak tunggu lama2... 2 minggu sebelum deadline memasukkan aplikasi, aku sudah menghadap tangan kanan bos besar untuk minta ijin menghadap bos besar untuk minta ijin sekolah sekaligus minta surat rekomendasi... Jawabannya, 'nanti dulu ya, bos besar sedang sibuk, jadi tunggu waktu yang tepat, nanti saya bicara dulu dengan beliau soal ini, nanti kamu saya kabari lagi, oh ya, kalau ketemu nanti basa basi dulu, jangan langsung ngomongin soal sekolah'... halah... kayak rakyat jelata mau menghadap raja saja...

Tunggu punya tunggu... 1 minggu berlalu... kok ga ada kabarnya lagi... Jadilah aku menghadap tangan kanan bos besar lagi, dengan membawa surat tawaran beasiswa, dan menunjukkan bahwa batas akhir memasukkan aplikasi tinggal 1 minggu lagi... Jawabannya, 'ya nanti ya, saya bicara dulu dengan beliau, kebetulan hari ini sedang keluar kota, (waktu itu hari rabu, kamis n jum'atnya libur tanggal merah), dan katanya juga beliau mau cuti, tapi sepertinya hari senin masuk...' halah... *panik mode on*

Seninnya...

Datang pagi-pagi ke kantor... Nongkrong di depan ruangan bos besar... Beliau sudah datang... tapi seperti yang diamanatkan tangan kanannya, tidak boleh mendahului sebelum si tangan kanan bilang dulu ke bos besar... Jadilah menunggu lagi... sang tangan kanan yang belum datang...

Setelah datang... Katanya, 'kamu tunggu di luar dulu... saya sendiri dulu aja yang masuk...' ... tik...tok...tik...tok... Lumayan lama juga rasanya waktu itu sebelum akhirnya aku boleh masuk... yess!! akhirnyaaa....

Ternyata orangnya baik... ramah... (baca: mood-nya lagi bagus) dan mendukung rencanaku... Jadinya malah ngobrol agak lama... tapi pas aku minta surat persetujuan rencana studiku dan minta surat rekomendasi yang sudah kubuat draft-nya, dengan maksud mempermudah beliau, supaya ga bikin dari awal, tapi tinggal mengoreksi... beliau sama sekali tidak mau membacanya, malah menyuruhku ke tangan kanannya dulu untuk memeriksa... jadi nanti beliau tinggal tanda tangan...

Menghadap lagi lah aku ke sang tangan kanan... Waktu itu aku agak ragu... Sang tangan kanan, memang sih ber-back ground sarjana S1... namun untuk usia sesenior itu, jelas2 gelar itu diraih ketika umurnya sudah senior... Bukannya under-estimate... tapi aku agak meragukan kemampuan bahasa internationalnya, mengingat surat rekomendasi yang kubuat dalam bahasa Inggris... Tapi karena bos besar yang memerintahkan, jadi kupikir ya pastilah beliau punya kemampuan untuk itu...

Baru saja beberapa detik beliau menatap draft yang kubuat, tiba-tiba... katanya... 'nah ini nih... saya sering lihat... to whom it may concern... artinya apa ya...?'

Gubrak!!!


Monday 7 December 2009

Bandung Kini

Awal dekade 1990 an...
Masih melekat di ingatan... Pelajaran IPS tentang sebutan kota2 di Indonesia seperti: Surabaya kota pahlawan, Cirebon kota udang, Bogor kota hujan, Bandung kota kembang, de-el-el. Surabaya disebut kota pahlawan karena sejarahnya. Cirebon disebut kota udang karena para nelayan di sana banyak menghasilkan udang. Bogor disebut kota hujan karena intensitas hujan di sana memang tinggi. Bandung disebut kota kembang karena banyak kembangnya alias konon kota Bandung lingkungannya asri, banyak tamannya, teduh banyak pepohonan, hawanya sejuk, airnya jernih dari pegunungan... oh yeaah...?? Well mungkin dulu memang begitu...

Hampir 20 tahun kemudian, aku pun pindah ke kota kembang ini.. Aku lama tinggal di kota pantai...Jadi aku sudah terbiasa dengan hawa yang panas, sinar matahari yang terik, mandi minimal 2x sehari, dan setiap masuk rumah atau kamar pastilah otomatis jari ini langsung menyalakan kipas angin...bahkan di malam hari pun kipas angin selalu on, padahal sudah pakai celana pendek dan kaos tanpa lengan...itu aja bangun tidur masih keringetan kalau hawanya lagi panas banget...

Maka begitu pindah ke sini...hmm.. asyiik.. hawa sejuk begini enak juga... bangun tidur bawaannya maleees banget untuk bangkit... habisnya dingin sih...pas banget buat tidur.. mandi sehari sekali...tidur dengan menyalakan kipas angin dan tidak pakai selimut alhasil pagi2 kedinginan dan ingus meler... Kalau aku bilang udaranya dingin, orang2 Bandung bilang tidak--biasa saja.. Kalau aku bilang udaranya pas--ga dingin tapi juga ga panas--, orang2 Bandung bilang panas banget...

Tapi lama2... tubuh cepat menyesuaikan... Itu cuma fase adaptasi aja sebagai mantan gadis pantura... Sekarang ini Bandung rasanya panas juga.. Kota yang asri dan teduh itu mungkin cuma tinggal di beberapa tempat di kota yang masih dijaga keasliannya... Selain itu, mungkin sekarang lebih cocok disebut Bandung kota FO alias factory outlet, saking banyaknya orang jualan baju di sini... Sisanya...macet, tidak teratur, banyak polusi, n gersang... Di kota perluasannya, yang banyak terlihat sekarang adalah sawah2 yang tergusur dengan toko2 swalayan, supermarket dan pembangunan perumahan yang tidak ditata lingkungannya...

Sungai2nya.. hmm... ini ternyata efek dari Bandung kota FO itu. Saking banyaknya pabrik tekstil di sini, sudah tidak terkontrol lagi (atau memang dibiarkan) oleh pemerintah daerah... Air buangannya mencemari sungai2 di hulu Citarum... Warnanya hitam, baunya...hmmm...busuk bukan main... Ditambah lagi dengan kebiasaan warganya yang tipis kesadarannya akan kebersihan... Jadilah sisi sungai berfungsi sekaligus sebagai tempat pembuangan sampah...

Kalau hujan.. ups.. genangan air di mana2.. Sampah mengalir deras di sungai...

Kembang di Bandung... Hmmm di mana ya pernah kulihat... Paling2 yang kulihat tinggal di taman halaman depan rumah kontrakan jika ia sedang berbunga... atau 1-2 kembang mengintip dari balik tembok halaman tetangga...

Berkarya di Luar Negeri = Pengkhianat Bangsa..??

Kemarin sore ada yang menarik di tayangan Kick Andy di Metro TV. Judul topiknya: Berprestasi di Negeri Orang. Isinya tentang kisah2 orang Indonesia yang (pintar dan) sukses berkarier di luar negeri. Sayang nontonnya agak telat, jadi aku cuma lihat 2,5 bintang tamu dari entah berapa jumlah sebenarnya yang Bung Andy wawancara pada tayangan itu.

Yang 0,5 itu adalah Kent Sutanto. Kenapa 0,5.., ya karena aku gak lihat dari awal wawancaranya.. :D Intinya, dia sudah tinggal di Jepang sejak 35 tahun lalu.. dari mulai melanjutkan sekolah sampai akhirnya dia mengajar di universitas tsb.. Yang menarik, warga negaranya tetap Indonesia, padahal secara etnis dia juga bukan orang Indonesia asli tapi keturunan tionghoa.. Salut deh Oom... masih punya jiwa nasionalisme... (Jadi ingat tetangga sebelah... yang anak perempuannya yang sedang hamil 7 bulan khusus datang ke Negeri Paman Sam untuk melahirkan di sana supaya anaknya memperoleh kewarganegaraan Amerika... Katanya supaya nanti gampang sekolahnya di sana... halah! How egoist...)

Ada lagi M. Reza, pria berusia 35 tahun, alumni Elektro ITB, peraih Ganesha Prize yang melanjutkan S2 di TU Delft Belanda dan meraih gelar doktor di bidang yang sama, dan kini... bekerja sebagai project manager di suatu perusahaan di Swedia.. Lucunya dulu setelah lulus S2, waktu balik ke Indonesia dan melamar ke sekitar 50 perusahaan tidak ada yang menerima.. Terus juga waktu ditanya apakah dia ingin kembali ke Indonesia, dia bilang untuk saat ini tidak.. karena dulu ketika beasiswa doktornya habis (4 tahun) dia belum selesai juga, sehingga dia harus bekerja untuk membiayai kuliahnya supaya selesai... Sooo..? Does it mean that he still looking for money to cover the tuition fee he paid to continue his study..? Atau kah fasilitas dan penghargaan yang kurang di Indonesia sehingga orang2 seperti dia enggan kembali..? Yang pasti orang2 seperti ini mengingatkanku pada suamiku sendiri.. secara si Mas juga alumni dari institut yang sama.. tipikal orang2 seperti itulah... hihihi...

Tamu terakhir, Ibu Etin Anwar. Alumni IAIN mana ya aku lupa... pokoknya IAIN deh... Pastinya bidang ilmunya tentang agama Islam. Tapi S3 nya bidang filsafat. Sekarang dia mengajar di suatu perguruan tinggi di Amerika. Wow..! Salut... Mengajar agama Islam kaitannya dengan gender dan juga filsafat di negara adikuasa itu.. Ketika ditanya apakah dia mau kembali ke Indonesia.. jawaban Ibu ini cukup cerdas.. Dia bilang 'dengan senang hati'... buuut... setiap orang melakukan sesuatu atas dasar value.. dan value nya dia yaitu manfaat.. Intinya, dia merasa bahwa untuk saat ini dengan menjadi dosen agama dan filsafat di Amerika dia mendapatkan value itu lebih daripada jika dia mengajar di sini.. Ya masuk akal, karena 90% muridnya orang bule yang bukan orang Islam, barangkali nilai dakwahnya lebih tinggi...

Kalau melihat kondisi seperti itu ya wajar saja.. Di Indonesia ini terlalu jauh gap antara yang kaya dan yang miskin, yang kuat dan yang lemah, yang pintar dan yang bodoh, yang berpikiran maju dan yang tertinggal.. Jadi kalau yang pintar dan maju merasa kondisi di Indonesia tidak bisa memenuhi visi dan misi serta ambisinya ya tidak bisa disalahkan juga kalau akhirnya mereka lari ke luar negeri... Apakah di luar negeri mereka berjuang dengan tujuan suatu saat untuk membangun negerinya atau untuk dirinya sendiri ya itu juga pilihan masing2...

Mungkin sudah terlalu banyak yang kecewa dengan negeri ini. Dengan para pemimpinnya yang tidak amanah, berbagai lembaga negara yang sudah banyak mengkhianati rakyat, keadilan yang bisa dibeli dengan uang... Sampai bosan rasanya nonton berita di tv yang isinya lagi2 soal skandal korupsi, dana APBN yang banyak bocor, ketidakadilan, kasus suap, pembunuhan karena masalah uang.. Sepertinya pemimpin2 di negeri ini pada gila harta dan jabatan... Yang senior2 mustahil rasanya untuk dikembalikan ke jalan yang benar... Tunas2 bangsa yang baru tumbuh, selayaknya dididik dengan benar, dibekali dengan pendidikan agama dan moral yang baik, sehingga sehat mentalnya.. Bisa membedakan mana yang benar dan salah dan yang paling penting... memilih untuk melakukan yang benar...

Balik ke diri sendiri... Saat ini aku n si Mas lagi berusaha untuk dapat beasiswa ke luar. Inginnya ke negara maju lah... Supaya kami bisa belajar tidak hanya mata kuliahnya, tapi juga secara keseluruhan kehidupan orang2 di sana, budaya yang baik2, pola hidup yang baik2, kebiasaan--sifat--karakter dari orang2 di negara2 maju yang baik2... Kami ingin mencari pengalaman dan belajar langsung dari orang2 yang turut berpartisipasi membentuk negaranya menjadi maju.. Dan berharap sekembalinya nanti kami bisa turut berpartisipasi juga memajukan negara Indonesia.

Note: ditulis dalam rangka muak dengan segenap rasa ketidakberdayaan ini... di kantor, pada jam kerja, dengan menggunakan fasilitas internet yang juga dibiayai kantor... Maafkan ya rakyat Indonesia yang sudah menggajiku melalui dana APBN yang sumbernya dari uang rakyat...

Monday 23 November 2009

The Naked Traveler

Begitu baca buku ini, yang terbayang tentang penulisnya adalah seorang perempuan modern, mandiri dan pemberani... Sayangnya, dia menyembunyikan identitas aslinya... Entah kenapa ya.. Takut terkenal kali ya...

Bagaimana tidak, Trinity--begitu nama samarannya--sudah biasa travelling seorang diri ataupun bersama orang asing yang ditemui selama perjalanannya berpetualang ke 33 negara... Wow... Sesuatu yang tidak mungkin akan kulakukan.. Bukannya gak berani ya... ya cuma garing aja gitu, menurut aku... apa enaknya coba travelling sendirian...

Back to the book...

Banyak cerita menarik yang dia tulis di buku ini. Sesuatu yang sekilas antara dan penting gak penting ya... Tapi tidak mungkin tertera dalam brosur wisata atau diberitahukan oleh petugas biro perjalanan... Sesuatu yang kita gak bakal tahu kalau gak tanya... Jadi ya memang harus diketahui dari pengalaman orang lain...

Beberapa dari sesuatu itu antara lain:
- di eropa sono udah ada closet yang flushing-nya dengan cara membuka pintu
- tidak semua pramugari/a cantik/ganteng, bertubuh ideal, muda dan rapi...
di luar negeri orang gendut, gay, rambut awut2an, dan bahkan yang seumuran
kakek-nenek pun bisa jadi pramugari/a...
- hostel di luar negeri tidak membedakan jenis kelamin dalam satu kamar...
jadi bisa aja 1 kamar ber-5 dan kamu 1-1-nya cewek di kamar itu... hiiii...
- ada pulau di Sumatera Barat (apa ya namanya aku lupa) yang konon indah,
sangat terkenal di Italia, tapi kok aku aja baru dengar tuh nama pulaunya...
ternyata oh ternyata... pulau itu memang dikelola sama orang Italia...
pas aku searching di internet, hmm, katanya sih memang 'dipinjamkan' oleh
pemda sana untuk jangka waktu 30 tahun... hlah... nanti kalau sudah tiba
waktunya 'dikembalikan'... siapa yang nagih ya... barangkali yang buat
keputusan untuk 'meminjamkan' sudah pensiun... dan generasi selanjutnya
sudah lupa atau bahkan gak ada yang tahu menahu urusan itu...
- pohon pisang bisa jadi tanaman yang menakjubkan bagi turis dari negara
nontropis...
- di Thailand, perempuan jadi-jadian bisa jadi lebih cantik dari perempuan asli...
- dan lain sebagainya.... (cari aja bukunya kalau penasaran... terutama untuk
yang doyan travelling... bagi yang tidak pun tetap seru lah buat
menambah wawasan dibaca di waktu senggang...)

Monday 16 November 2009

Dyah/Diah Yang Mana..?

Menurutmu nama (perempuan) apa yang paling pasaran di Indonesia...? Hmmm... di pulau Jawa tepatnya... Dewi? Indah? Sari?... atau Putri..?

Well, kalau menurut aku, nama yang paling pasaran untuk perempuan di pulau Jawa adalah... : Diah or Dyah... Intinya itulah.. sama aja tho bunyinya...

Dimulai dariiii... enyak ku sendiri... Begitu pula nama kakak n adik kandungnya... (btw, mbahku ini kurang kreatif juga ngasih nama 3 anak perempuannya dengan nama depan yang sama... Untunglah nama panjangannya n nama panggilannya beda2).

Waktu SD dan SMP kalau ga salah juga punya teman sekolah dengan nama itu tapi cuma 1-2... Itu pun aku ga akrab.... so ga masalah.. Jadi masalahnya di mana..?

Dimulai dari punya tetangga yang juga teman SMU dengan nama Dyah K... yang di kemudian hari berhasil 'menjerumuskan'ku (hehe...lebay ah... thx anyway.. karena di sini pula lah aku menemukan jodohku.. :) masuk di instansi di mana aku merasa terjebak untuk terlibat dalam sistem birokrasi yang yang seringkali tidak jelas batas antara hitam dan putih...

Selanjutnya, di bagian yang sama, lupa gimana mulanya... mungkin karena kantornya sebelahan, sama2 anak kos yang kos nya juga deketan... dan karena dalam beberapa hal kami punya kesamaan sehingga berteman pula lah aku dengan orang bernama Diah... Sebut aja namanya Diah N.... Nah, Diah N. ini sobatan dengan Diah S... Jadi kadang aku suka pergi bertiga dengan 2 orang bernama Diah dimana mereka pun Diah N. dan Diah S. masing2 saling memanggil dengan nama yang sama... *bingung mode on* *kayak ga ada alternatif panggilan lain aja*

Karena aku cukup dekat dengan Diah Dyah itu, susahnya kalau aku lagi cerita tentang Diah ke orang lain, ke calon suamiku misalnya... pastilah pertanyaannya... "Diah yang mana nih?"

Lain cerita... suatu hari pernah juga ada yang tanya ke aku dengan yakinnya.. "Kamu anaknya Bu Dyah ya?" walau heran dari mana mereka kenal ibuku, dengan mantap kujawab "Iya. Kok tahu?" Setelah orang itu tanya2 hal lain yang ga nyambung, barulah aku sadar bahwa yang dimaksud adalah wanita tua yang punya posisi di bagian di mana aku berada... Ya aku ralatlah... Ibuku punya nama yang sama..., tapi bukan yang ituuuu....

Selanjutnya... makin banyak aja yang mengira aku anak beliau... Katanya mukaku mirip sama ibu itu... Huuuh... mirip apanya..? Mirip dari Hong Kong..?? Jauh lah yauw... Jauh lebih cantikan akuuu... hihihi...

Lalu, beberapa waktu yang lalu sebelum menikah, aku berencana untuk pindah ke Bandung... well, atas permintaan calon suami waktu itu... Tanya sana sini... sampailah pada suatu informasi di mana untuk urusan mutasi, maka yang suka ngurusin namanya Bu Diah... (juga?!) Ok. Jadilah kuurus ke Ibu Diah mutasi...

Selanjutnya, aku harus cari informasi juga ke tempat yang akan menerima... Karena calon suamiku waktu itu kebetulan ada urusan kerjaan juga ke tempat di mana aku akan pindah.., maka dia sekalian cari info juga di sana, di bagian mana kira2 aku bisa pindah... Bertemulah dia dengan dengan seseorang yang (lagi-lagi) bernama Diah! Diah yang ini sudah cukup familiar karena sama2 satu angkatan masuk instansi... cuma ga pernah akrab aja.

Maka ketika calon suamiku telfon dan bilang, "Dek, kenal Diah R. ga? Satu angkatan masuk sama kita... Tau gak, ternyata dia udah duluan pindah ke sini... Jadi nanti temanmu di sini namanya Diah juga... hahaha."

What?? Again..?!!

Emas

Satu-dua tahun belakangan ini aku baru sadar kalau emas itu tangguh untuk melindungi nilai uang terhadap inflasi... Kenapa..? Ya karena dia cukup stabil nilainya, tidak seperti rupiah yang termakan inflasi seiring berjalannya waktu. Tadinya hanya berniat untuk beli perhiasan aja... ya sambil investasi sambil bisa dipakai juga... sempat beli tuh satu gelang dan sepasang anting... eh tapi kan harganya kalau dijual jadi jatuh karena kalau ngejual ongkos bikinnya yang dulu kita bayar tidak dihitung... Terpikir juga untuk beli yang bentuknya polos gitu aja biar ongkosnya murah... Sempat beli juga satu cincin yang bentuknya simpel..., tapi jadinya malah ga pernah dipakai karena bentuknya terlalu simpel..., ga gaya sama sekali..., jadul malah kesannya... Berhubung aku juga sehari-hari ga suka pakai perhiasan emas (jadi pakainya cuma pas kondangan doang...) ya udahlah daripada beli perhiasan ga pernah dipakai kan mending sekalian aja beli emas lempengan logam mulia (LM) dengan kadar 99,99%...

Hanya saja dari dulu niat mau beli LM belum juga terlaksana karena masih mikir ini itu... nanti nyimpannya di mana n gimana lah de-el-el... Sampai tibalah suatu sore serelah tes TOEFL kemarin itu di ITB... Sesaat sebelum turun tangga menuju tempat parkiran si Mas ngeliat ada poster menarik tentang dinar & dirham sebagai alat pembayaran... Jadilah kami cari kios yang jual dinar-dirham untuk tanya-tanya... Yang jual lagi beres2 mau nutup kios.., untunglah dianya baik masih mau jelasin ke kami tentang dinar dirham itu....

Dinar-dirham yang dimaksud bukanlah mata uang beberapa negara di timur tengah sekarang yang sudah merupakan mata uang yang nilainya sesuai seperti yang tertera di kertas atau koin..., tapi dinar-dirham yang dipakai jaman Rasulullah dulu... di mana 1 koin dinar terbuat dari emas 22 karat seberat 4,25 gram dan 1 koin dirham terbuat dari perak murni seberat 2,975 gram...

Intinya, alat pembayaran ini relatif stabil... Well yang menggunakan memang masih komunitas tertentu saja..., tapi gapapa juga kalau kita ingin sekedar menyimpan untuk investasi..., ups, lindung nilai tepatnya... (masnya ngotot bahwa ini dinar-dirham ini bukan untuk investasi melainkan sekedar melindungi nilai uang kita terhadap inflasi).

Sebagai gambaran... dari jaman Rasulullah dulu harga seekor kambing tuh 1 dinar... Dengan harga emas sekarang, 1 dinar (=4,25 gram emas 22 karat) setara dengan sekitar 1,3 jutaan..., dan sekarang harga kambing emang sekitar segituan kan... hmmm...(conclusion: kambing juga bisa dijadikan alternatif lindung nilai rupiah terhadap inflasi, denga catatan kambingnya berumur paaaaanjaaaaang dan laaaaamaaaaa... :D)

Setelah kami pikir2, makin mantaplah niat kami untuk beli emas LM... Kenapa bukan dinar...? Karena agennya/yang jual kayaknya masih sedikit n peredarannya masih terbatas... Khawatir aja kalau nanti agak susah jualnya lagi... Apalagi yang memproduksi koin dinar itu perusahaan swasta... Kalau LM kan produksi PT. AnTam... so, kami pikir lebih meyakinkan lah...

Perburuan dimulai...

Dari hasil searching di Google, diketahui dari beberapa blog orang2, bahwa tidak semua toko emas jual LM... Dari sana pula aku dapat informasi bahwa di Bandung ini ada 3 toko yang biasa jual itu barang, yaitu: toko mas Buana di Kosambi, toko mas Topaz n toko mas Indah di Otista... Btw thx untuk para penulis blognya yang udah kasih info, jadi kami ga perlu ngedatengin toko emas di seluruh sudut kota Bandung satu per satu buat nanya, "jual emas batangan ga, om, tante, teh..?"

Btw, di Buana emas batangannya yang resmi mestinya ada sertifikatnya... tapi mereka juga jual yang ga pakai sertifikat... katanya sih dari AnTam nya sendiri emang ga ada sertifikatnya... (tapi kok kayaknya kurang meyakinkan ya...masa AnTam memproduksi ada yang pakai sertifikat ada yang enggak... mana harganya per gram sama aja sama yang pakai sertifikat...)... Mereka juga jual koin emas ONH... 1 koin beratnya 5 gram... harganya bisa lebih rendah sekitar seribu-dua ribu per gram nya dibandingkan harga LM nya AnTam... Fyi, koin emas ONH bukan keluaran AnTam, lupa keluaran PT apa tapi secara resmi didistribusikan oleh Pegadaian...

Pernah di lain waktu di Buana keabisan... Jadilah kami ke Otista... Topaz juga keabisan... Untungnya di Indah masih ada stok... Beda sama di Buana.., di Topaz n Indah emas batangan ga di display... Jadi mesti tanya dulu... (Btw, waktu itu, di kala di Buana n Topaz keabisan stok sama sekali, Indah masih punya banyak kayaknya... Habisnya pas kami tanya dia masih punya yang 5 gram, 10 gram, 25 gram, dst, dengan kuantitas lebih dari 1)... Fyi, makin besar beli batangannya harga per gram nya lebih murah... Untuk yang ga punya kartu BCA, jangan lupa kalau mau beli ambil uang tunai dulu, coz rata2 toko emas cuma punya mesin dari bank itu... Kalau mau tetap pakai mesin itu bisa2 aja sih... tapi kena charge 3% dari harga yang dibayar... sayang kan...

Tuesday 10 November 2009

Ada Apa Dengan TOEFL

Hasil tes TOEFL yang kemarin:
Aku : 517 ; si Mas : 513 ... whuoaaaaaaa..... :(((((
(kena kutukan apa ya kita ini, susah bener ningkatin score TOEFL...)
Ayo semangaaaaattt....! Belajar lagi!!! Coba lagi!!!!!

Friday 6 November 2009

Cerita dari Ciwidey

Ini cerita weekend yang lalu. Akhirnyaaa si Mas ajakin aku jalan-jalan.. Asyiiiik... Rencananya kita mau ke Ciwidey nih... Rekomendasi si Mas sih katanya di sana tuh dataran tinggi gitu.. Jadi ada 3 objek wisata yang bisa kita datengin: kawah putih, situ Patenggang n hamparan kebun teh.

Semula direncanakan mau berangkat jam 6 pagi... dengan pertimbangan supaya ga kena macet...dengan perjalanan menuju sana kira2 (menurut si Mas) memakan waktu 1,5 jam, jadi supaya habis dhuhur kita udah balik lagi... ternyata berangkatnya kita molor jadi jam setengah 8... Alhasil sedikit kena macet di Soreang n perjalanan menuju Ciwidey, jadilah kita sampai di kawah putih hampir jam setengah 11...

Sampai sana cukup banyak juga pengunjungnya... Syukurlah... Soalnya di perjalanan perasaan kendaraan yang menuju ke sana cuma 1-2... ga banyak, maksudnya.. agak khawatir jangan2 tempatnya sepiiii,,, Terus, tadinya kupikir kawah putih itu warna airnya putih... eh ternyata tidak tuh... warnanya hmm... apa ya... ya kaya gini nih... semu ijo-biru-torquise...






Setelah sempet foto-foto sejenak... liatin kelakuan orang2 yang pada narsis untuk ambil gambar dirinya berlatarkan kawah putih... trus kita cabut deh... bau belerangnya ga terlalu tajam sih dibandingkan Dieng... tapi kalau lama2 ga nyaman juga... selain itu khawatir ada efeknya untuk si kecil yang masih di perut ini...

Di tempat parkir, banyak warung yang jualan makanan buah macam strawberry dalam kemasan, arumanis hingga bantal berbentuk buah berwarna centil itu... tapi aku tidak tertarik... lebih tertarik pas liat orang jualan jagung bakar... udara dingin begini kayanya pas banget dinikmati sambil makan jagung bakar... Harganya 3000 rupiah, wajarlah... (kadang2 kan di tempat wisata harganya suka ga masuk akal mahalnya, apalagi ini, tempatnya jauuuh terpencil)... Tapi ternyata... hmmm... kurang enak rasanya... bumbunya masih jaaauh lebih enak jagung bakar yang dijual di tenda lesehan di kota asalku... udah gitu ngebakarnya kurang mateng, ya cuma gosong di permukaan aja... jadi serasa makan jagung mentah dengan permukaan gosong berbumbu mentega... :(
Lanjut lagi perjalanan menuju kebun teh... Waaaah coba lihat gambar di bawah ini... keren banget kan... seperti hamparan permaidani hijau... dan bukit2nya itu lho yang bikin keren...



Ini daun teh dilihat dari dekat... Semula kukira pohon teh itu batangnya kecil... jadi kalau lewat di sela2nya kita bisa nyelip2 dengan gampang... ups ternyata tidak... Arah tumbuh rantingnya makin ke atas makin melebar... Berjalan di antara pohon2 itu harus hati2 jika tidak ingin tergores batang n ranting2 yang sebenarnya tidak terlalu besar namun cukup keras, kuat dan kokoh... Btw, kok ada aja orang tidak bertanggung jawab yang tidak peduli dengan lingkungan sehingga tega mengotori area pohon teh ini dengan sampah botol air mineral... *berkacak pinggang mode on*




Puas cuci mata di area kebun teh, kita beranjak lagi menuju situ Patenggang... Ga ngerti sebenarnya nama situ ini apaan... Orang2 nyebutnya Patenggang tapi yang tertulis di monumennya Patengan...Whatever lah... Ada 2 area situ... Yang satu situ utama yang cukup besar ... Satunya lagi ada 2 situ yang kecil berbentuk seperti angka 8... Situnya lumayan bagus sih dan relatif masih bersih kecuali di area orang2 berjualan dan di mana orang duduk2... biasalah manusia2 ini susah bener diajarin... jelas2 ada tempat sampah kok ya masih adaaaaa aja... bukan cuma ada tapi lumayan banyak yang buang sampah tidak pada tempatnya...



Di sini kita sempet beli gorengan n memakannya di bawah pepohonan besar nan rindang dengan duduk di atas bebatuan... Kena tiup angin sepoi2 lumayan bikin ngantuk... Jadinya tidak berlama2 di sana... selain itu udah jam makan siang nih n kita memilih untuk cari makan di tempat lain aja...
Setelah berhenti sejenak untuk sholat, akhirnya sekitar jam setengah 3 baru kita dapet tempat untuk makan siang... Tidak banyak tempat makan di sepanjang perjalanan Ciwidey itu... Lebih banyak area kebun strawberry yang dikomersilkan, pengunjung boleh memetik strawberrynya sendiri... tidak gratis tentunya...

Btw, di tempat makan kita keblondrok... Lihat ke menu mata kita berdua langsung terbelalak... ya ampuuun harganya ga masuk akal banget... Masa ikan mas aja harganya 40 ribu... segede2nya ikan mas seberapa sih... nasi gorengnya aja antara 20-30 ribu per porsi... waaah ini mah ngalahin harga tempat makan yang udah jaminan enak di mal... bahkan nasi putih untuk berdua harganya 10 ribu!... alhasil kita cuma pesen nasi timbel seharga 4 ribu per porsi plus ayam goreng yang 1 potongnya berharga 12 ribu... well gimana lagi, itu harga yang masih masuk akal menurut kita... tanpa sambal+lalab, karena kalau mau musti nambah 8 ribu lagi... ampun deh komersil amat... di mana2 sambal+lalap kan mestinya gratis... orang makan tahu tempe seharga seribuan di kota aja sambel+lalapnya gratis kok... Gara2 dongkol akhirnya walau sambal+lalap itu tersedia di atas meja kita bertekad untuk ga ambil... bukannya ga mampu bayar cuma terlanjur sebel aja... untung ayam gorengnya bumbunya cukup enak... ga hambarlah... jadi tanpa sambal pun tetap enak... :))
Tapi malamnya terbayar sudah dengan makan di rumah makan Cabe Rawit. Tempatnya di sekitar Dago, Teuku Umar, dekat kampus UnPad Dipati Ukur. Baru kali ini aku diajakin si Mas makan di tempat itu. Karena tempatnya lumayan bagus, nyaman dan terletak di lokasi yang strategis, tadinya aku agak ragu2, beneran nih si Mas mau ajakin makan di sini... kalau ga taunya pas liat menu harganya muahal2 gimana... kan tengsin kalau ga jadi... (masih trauma sama yang tadi siang, juga pengalaman makan di ikan bakar Pak Chimet... :D)... tapi ngeliat si Mas segitu yakinnya... (tumben nih... biasanya ngajakin makannya ke tempat2 yang murmer :P) yaudah deh... ternyata... horee.. harganya masih terjangkau... untuk tempat senyaman itu, dengan lokasi strategis dan pilihan menu yang beraneka ragam juga rasanya yang enak... waktu itu aku makan nasi timbel dengan ayam goreng + tahu tempe + sayur asem... n minum juice melon... dan ternyataaa si Mas tu udah pernah makan di sini sama orang2 kantornya... jadi udah tau kalau harganya ga mahal2 amat... hihihi... pantesan...
Thanks, anyway, honey... :)

Thursday 5 November 2009

Pertanyaan-Pertanyaan Menyebalkan

Duluuu... waktu masih jomblo sebel banget kalau ditanyain 'udah punya pacar belum?'. Dalem hatiku bilang 'rese amat sih nanya2, kalau belum emang kenapa..??'.

Waktu udah punya calon, ganti lagi pertanyaannya, 'kapan nikah..??'. Weleh! Sambil cengar-cengir biasanya kujawab, 'yaah tunggu aja dah tanggal mainnya...'

Kemudian, belum juga dua minggu setelah aku nikah, adaaa aja yang tanya, 'udah isi belum..?' (Yaelaah... baru dua minggu niiih... ). Yang parah, ada juga yang nanya, 'rencananya mau langsung atau ditunda dulu?'. Glekk.!!!

Pas aku udah hamil, pertanyaannya berganti 'terus kamu kapan mau lanjutin sekolah...?' Kalau kujawab 'ya nanti setelah lahiran, mungkin tahun depan'...akan bersambung lagi dengan pertanyaan 'lha trus nanti si kecil gimana? kan nanti masih beberapa bulan umurnya, mau dibawa atau ditinggal?' (secara mereka tau bahwa aku ingin melanjutkan sekolah ke luar)...Ya ampuuun... Please deh... Biar aku dan suamiku aja yang mikir, kaliii....

Hadoh! Masa sih aku mesti bilang semua rencana hidupku ke semua orang... Orang2 Indonesia ini, pengen tauuu aja urusan orang.. Terus, nanti kalau udah tau, dengan bangganya dia bilang lagi ke temennya yang lain, 'eh..eh..tau ga..si fulan kan pacaran sama si itu.. katanya bentar lagi mau nikah lho...' atau 'eh...si fulan udah hamil lho...padahal baru 2 minggu...wah tokcer juga...'. Kayanya mereka ini seneeeng banget kalau jadi yang tau paling dulu...

Pantesan aja di TV makin berkembang biak aja acara infotainment n reality show... n jumlah iklan yang banyak pula pada acara itu merupakan indikasi bahwa acara tersebut diminati n ditonton banyak orang... menandakan pula bahwa orang2 itu senang mengetahui urusan orang yang sifatnya privacy...

Wednesday 4 November 2009

Going To Be A New Mom

Well, dulu aku emang ingin secepatnya punya anak, tapi setelah menikah aku sedikit berubah jadi ingin santai2 dulu setidaknya 3-6 bulan menikmati enaknya pacaran setelah menikah. Aku ingin bebas jalan2 backpacker-an sama si mas, menjelajahi seluruh sudut kota di mana aku tinggal sekarang, cari ini-itu buat keperluan isi rumah (kontrakan!), keliling2 survei cari rumah-tanah-mobil, ke sana kemari dan lain-lain tanpa diribetin sama kehamilan...

Hingga suatu hari di bulan Agustus 2009...
Si Mas : "Dek, kok kamu belum 'dapet' lagi, kayanya udah telat ya...?"
Aku : "Enggak kok, jadwal 'dapet'nya emang minggu2 ini." (sambil mikir, emang iya udah telat? soalnya aku ga nyatet jadwal siklusku sendiri)
Si Mas : "Kamu tuh kayanya udah telat deh...coba di tes...kayanya udah lama ga 'dapet'... Dek...jangan2 kamu" *melirik nakal*
Aku : "Enggaaak..." (tapi dalam hati ga yakin juga)
Si Mas : "Kamu hamil kali, Dek..."
Aku : *cemberut, sambil berharap semoga jangan dulu...*

Namun esok harinya aku penasaran juga untuk tidak mengecek urinku dengan tespack. Kebetulan aku sudah punya 1 buah testpack hadiah bonus dari sobatku waktu aku nikah. Jadilah diam2 aku ke dapur mengambil gelas paling jelek yang ada di situ, kemudian pergi ke kamar mandi untuk buang air. Urinku kutampung di gelas jelek itu. Batang testpack kumasukkan ke dalam cairan urin sesuai petunjuk.. satu detik...dua detik...hingga beberapa detik kemudian muncul garis pertama...dan...*dalam hati aku berdoa...ya Allah jangan sekarang ya...*...kemudian...samar2 muncul juga garis kedua... what?! oh no...(masih ingat...waktu itu rasanya pengen nangis...hiks...)

Dengan langkah gontai aku menuju kamar di mana suamiku masih asyik tidur... Pelan2 kuguncang2 badannya...
Aku : "Mas...Maaass..."
Si Mas : *dengan berat membuka mata* "Ada apa, Dek?"
Aku : "Nihh...gara2 kamu...!" (sambil menyerahkan hasil tespack)
Si Mas : *duduk, masih setengah sadar* "Apa ini...?" *mencoba memahami yang terjadi* "Dek...kamu positif ya..." *cengar-cengir* "Deeekk...kamu hamil.... alhamdulillaah..." *sumringah*
Aku : *cemberut*
Si Mas : *bingung* "Kok sedih...kita mau punya anak, Dek..." *sambil meluk*
Aku : *nangis*

Selanjutnya karena masih ga percaya, (kan bisa aja... hasil testpack kan ga valid 100% toh..., kami beli testpack lagi dengan merek lain... ehmm tepatnya Si Mas sih yang beliin...) dan hasilnya adalah... Positif lagi...!!! :((

Acara selanjutnya ke dokter di rumah sakit terdekat dengan tempat tinggal kami. Langsung di USG...dan hasilnya...
dr. Lina, SpOG : "Waah... ada 2 kantong kehamilan... kemungkinan kembar nih... selamat ya, Bu... moga2 1 laki 1 perempuan...jadi langsung dapet 2-2 nya...
Aku : "Oh ya..." (huaaaaaaaa....1 aja belum mau malah langsung mau dikasih 2...) *nangis dalam hati, tapi tetap tersenyum ke Bu Dokter*

Hehehe...jadi geli sendiri kalau ingat waktu itu...kalau dipikir2...nikah udah... punya suami yang bertanggung jawab... n excited banget sama kehamilanku... kok malah akunya malah sedih... Padahal di luar sana ada beberapa teman n saudaraku yang udah nikah lebih lama dariku...sudah berusaha berobat ke dokter n mencoba berbagai cara yang disarankan banyak orang...menghabiskan banyak uang...namun belum juga mendapat kabar gembira itu...

Ya Allah ampuni dosaku yang kurang bersyukur atas karuniaMu ini... Dan semoga teman2 n saudaraku itu segera diberi keturunan... Amiin.

Catatan:

Sempat berpikir 'wah enak juga nih kalau sekali brojol langsung dapat 2... kan sekalian capek repot n sakitnya'... Sempat berkhayal 'habis itu aku bisa langsung sekolah, n pulang2--di mana usiaku sudah kepala 3--ga perlu mikir untuk ngasih adik buat si sulung'... Sempat berharap 'semoga aja langsung dapet laki n perempuan'... Tapi di kemudian hari baru diketahui bahwa ternyata yang tumbuh dan berkembang hanya satu janin... Yah mau kembar atau tidak, mau laki atau perempuan, alhamdulillah... Aku bersyukur diberi kesempatan indah ini... Semoga si kecil tumbuh sehat, sempurna, normal... Amiin.

Tuesday 3 November 2009

Perjuangan Melawan TOEFL

Iya aku tau kalau keahlian berbahasa merupakan bakat, seperti juga seni..sehingga tidak semua orang dikaruniai bakat berbahasa yang luar biasa... Ada yang dari kecil tidak pernah les bahasa Inggris tapi ngomong inggrisnya cas cis cus... padahal modalnya cuma sering2 nonton film berbahasa Inggris... ada yang dari SD leeesss terus tapi kemampuannya tetap di bawah standar... Yah apa mau dikata..kalau kita termasuk orang yang kemampuannya pas2an dan ingin punya kemampuan lebih ya berarti usahanya harus berkali2 lipat daripada orang yang memang udah bakat dari sononya..


Aku lagi ngomongin tentang TOEFL. Kalau dihitung2, kalau tidak salah hitung juga nih... aku tuh udah pernah ambil tes TOEFL sekitar... hmm... 1...2...3... hmmm... 4...5...6...hmm... 7...8...9...sep...puluh... what..??! 11..??! Yup 11x!!! Kenapa aku bisa sampe tes sebanyak itu...padahal kita tau biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit untuk sekali tes alias untuk ukuranku segitu tuh banyak banget...


Tes pertama, waktu baru lulus kuliah...iseng-iseng doang ... pengen tau aja kemampuan bahasa Inggrisku... Lokasi tes di lembaga les LIA di kota tempat tinggalku...biayanya 100 ribu rupiah. Cukup besar untuk ukuran anak baru lulus kuliah yang dengan uang saku 200 ribu per bulan... Hasilnya: 448. Yeaaah lumayan lah...tahap perkenalan...kan baru pertama, belum pernah latihan soalnya, lagi, jadi aku jg baru tau kalo model soal2 TOEFL tuh kaya gitu toh...


Tes kedua, dalam rangka mau daftar CPNS. Karena di kota tempat tinggalku tes TOEFL dari lembaga yang ditunjuk tidak rutin mengadakan tes, disebabkan oleh jumlah peminat tes yang kurang...sehingga tes hanya diadakan bila jumlah pesertanya memenuhi suatu quota tertentu...maka berangkatlah aku ke kota tetangga yang konon karena banyak peminatnya sehingga tes TOEFL rutin diadakan 1 minggu 1x, bahkan 2x bila tiba musim penerimaan CPNS atau mahasiswa... Hasilnya: 448. Stabil. Baguslah at least kemampuanku tidak menurun walau belajarnya dadakan. Tapi belum memenuhi nilai minimal yang disyaratkan, yaitu 475.


Tes ke-3. Karena waktu yang semakin mepet, maka berkat saran temen, aku ambil tes lagi di lembaga bahasa di universitas negeri di kota tempat tinggal...walaupun dalam persyaratannya lembaga yang ditunjuk bukan itu. Hasilnya: aku lupa tapi seingatku >450 tapi <475.


Tes ke-4. Ternyata eh ternyata... ada perubahan persyaratan (mungkin karena yang memenuhi syarat sedikit ya...)...nilai minimal 475 berubah menjadi 450. Jadilah kukirim aja tuh yang hasil dari tes di lembaga bahasa di universitas negeri di kota tempat tinggalku. Tapi karena kurang yakin, apakah hasil tes dari lembaga itu akan bisa akui atau tidak, lagi2 karena saran n pompa semangat dari temen, akhirnya aku tes lagi dah...lagi2 di kota tetangga. Hasilnya: jreng jreng jreng...463.. Yess! Memenuhi syarat sekarang... Akhirnya...


Tes ke-5 dalam rangka ingin menimba ilmu ke negeri orang... Cuma karena waktu itu niatku untuk sekolah masih setengah2...(karena lebih niat untuk nikah dulu baru sekolah) n ikut2an temen karena temenku ada yang udah niat banget, jadinya belajarku belum maksimal. Lokasi tes di NESO Jakarta. Biayanya (masih) $27.5. Hasilnya: 498.


Tes ke-6, motivasi idem atas. Lokasi di AMINEF Jakarta. Hasilnya: idem juga.


Tes ke-7, temenku udah berangkat ke Negeri Penjajah. Jadinya aku cari temen lain yaitu calon suami yang rela datang jauh dari Bandung dengan motivasi yang sama yaitu untuk dapet scholarship. Lokasi NESO. Hasilnya: 507. Yess! At least ada peningkatan kan...


Tes ke-8, masih ditemenin calon suamiku. Biaya tes naik (oh no...!) jadi $30. Lokasi: NESO. Hasilnya: 517. Kembali ada peningkatan... :)


Tes ke-9, masih ditemenin sama calonku. Lokasi: NESO. Hasilnya: 527. Horee... Poin terus menanjak :)


Tes ke-10, sendirian. Calon suami agak kapok, katanya buang2 duit aja kalau persiapannya tidak matang....oh ya btw dia juga belum mencapai target...11-12 lah sama aku... Lokasi: NESO. Hasilnya: 507. Yaaaahhh.... turun lagi... (dan aku mengkambinghitamkan kesibukanku menjelang pernikahan yang mengakibatkan aku jadi ga bisa belajar maksimal...)


Tes ke-11, rabu kemarin, tanggal 28 oktober 2009, sudah menikah. Aku udah pindah kota, ngikut suami tercinta... Lagi2 kami tes bareng di suatu lembaga bahasa di universitas negeri di kota ini. Biaya 330 ribu... Hasilnya: ... eng ing eng... belum keluar... Hari Senin depan katanya. Ni lagi berharap-harap cemas... Semoga kali ini berhasil... Amiiin... Maka tunggulah di postingan selanjutnya...

Tuesday 13 October 2009

Perkenalkan...My Personal Information...

Religious View



Hometown




College Major

Gulungan2 kertas..kalkulator algebra..ok lah.....herannya kenapa jurusan ini juga selalu disimbolkan dengan helm ya..? ? Kan jadi saingan sama tukang ojek...

Pekerjaan

Hmmm..no comment deh..*muka merah mode on*


Status

Komitmen untuk saling setia dalam suka dan duka... Kadang bikin stress tapi off course lebih banyak menyenangkannya dong... :)

Hobby

Bukan pacaran lho yaa... I love books!




Wednesday 7 October 2009

Prakata

Hallo..Assalamu’alaikum.




Di jaman canggih begini, di mana ungkapan perasaan dan pemikiran serta pengalaman seseorang bukanlah sesuatu yang harus disimpan rapat2 seperti ketika aku masih SD dulu (suatu masa di mana buku harian dikunci pake gembok). Saat ini manusia berlomba2 mempublikasikan catatan hariannya. Sebagai sarana aktualisasi dan eksistensi diri kah? Supaya terkenal..? Yah siapa tau ada penerbit yang berminat membukukan tulisannya, atau malah produser yang akan memfilmkan kisahnya.


Kalau aku pribadi sih, tetap aja ini seperti buku harian yang mesti dirahasiakan... Makanya sengaja gak dipublikasikan... Paling banter nanti kukasih tau ke partner hidupku aja deh... Pada dasarnya cuma ingin tahu saja gimana sih caranya nge-blog, supaya gak dibilang gak gaul, or ketinggalan jaman or whatever lah. Sehingga 10 atau 20 tahun lagi, (ketika blog sudah ketinggalan jaman dan tergantikan entah oleh apa lagi), maka ketika anakku bertanya, ‘Mama punya blog gak?’, kan aku bisa jawab, ‘punya dong!’.


Wassalam.