Saturday 28 July 2012

Bersaing dengan diri sendiri

Baca pendidikan di Finlandia.. menyenangkan sekali kelihatannya :)

Dari artikel itu, penting nih untuk diperhatikan:
  • Jika kebanyakan negara percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru beranggapan sebaliknya, testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Bener juga kan? Kita belajar a.k.a sekolah cuma pingin dapet nilai akademik yang bagus dan memuaskan. Faktor pemahaman dan penerapan menjadi elemen yang diremehkan, pokoknya yang penting nilai kita bagus.
Benar banget memang, prestasi sekolah jadinya berorientasi pada nilai, dan kita jadi kelihatan pintar kalau teman2 kita bodoh2.
  • Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha. Hmmm… sangat tercermin kalau guru di sana tidak menuntut anak didiknya untuk mengerjakan dengan hasil yang harus benar, para guru Finlandia menghargai setiap usaha dari siswanya.
Sebagai pelajar, kita suka malu kalau ketahuan nilai kita jelek, harus ngulang, dsb.. padahal gagal adalah kesempatan untuk sukses.. gagal mendidik kita tetap rendah hati ketika berhasil kemudian.. jadi gak perlu malu.. aku juga tadinya suka minder.. tapi kupikir2, apa dampak buruknya gitu kalau kita ketauan harus re-take exam? Tidak menutup2i lebih baik sepertinya.. apalagi di usia segini.. bukan masanya lagi kalau melihat teman mesti  re-take exam  lalau diejek.. yang ada malah disemangati dan didoain :) gak usah dipikirin deh kalau mungkin aja dalam hatinya dia meremehkan dsb.. bukan urusan kita juga ngurusi isi pikiran dan hati teman kita. Kala memang mereka begitu ya berarti bukan teman yang baik. Titik.
  • Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya.
Setelah merasakan sekolah di Eropa, kelihatan memang pelajar Indo cenderung jadi pendengar yang baik, jarang nanya, jarang jawab juga kalau di forum kelas.. termasuk aku :D .. soalnya dari kecil biasa interaksi 1 arah doang.. dari guru ke murid.. seingatku malah guru jaraaaaaaang banget yang nawarin siswa siswinya untuk bertanya kalau masih belum jelas.. dan sekalinya nanya kadang kalau pertanyaannya bodoh (yang semua orang juga tau tapi kita gak tau..) diketawain temen2 sekelas.. gurunya juga nyindir.. terus kalau disuruh ngerjain soal di depan kelas dan salah, dihina-dina.. dipermalukan gitu lah di depan kelas.. atau dimarahi.. jadilah gak pede kalau nanya2 di depan forum gitu.. atau kalau jawab2 pertanyaan.. (dan itu masih terjadi lho jaman aku sekolah SMU di sekolah favorit terbaik di ibu kota provinsi) ..aku pribadi kalau gak ngerti mending setelah kelas langsung nyamperin guru/dosen terus nanya 4 mata aja gitu.
  • Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Adanya ranking hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.
Iya nih, idenya siapa sih ranking2an.. mending juga dibuat standar, misal nilai 9 sangat memuaskan, 8 memuaskan, dst.. jadi setiap anak hanya punya predikat tanpa perlu tahu dia ranking berapa di kelas.. di termasuk pinter atau bodoh di kelas.


Harusnya kita membandingkan diri kita yang kemarin dan sekarang. Ada kemajuan atau tidak. Bukannya dengan teman2 sekelas. Karena setiap manusia diciptakan berbeda. Sedangkan evaluasi di institusi pendidikan adalah sama. Bayangkan kalau kebijakan exam dalam bentuk oral. Yang jago ngomong pasti dapat nilai bagus. Yang kurang pinter ngomong tapi jago nulis, kurang maksimal dalam menjelaskan. Padahal bisa jadi dia lebih pinter.

Yang menakjubkan:
  • Di Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas hukum atau kedokteran!
Pantes aja kalau begitu. Pengajarnya saja lulusan2 terbaik. Kalau di sini, lulusan2 terbaiknya cenderung ingin mengejar kesuksesan individu dibanding meneruskan ke generasi berikutnya. 


Hmmm.

Aku gak ada kuasa merubah sistem pendidikan di Indo. Setidaknya jadi inspirasi untuk bekal mendidik anak.

"Tidak perlu stress hanya untuk menjadi yang paling baik di antara rekan-rekanmu. Cukup menjadi dirimu yang terbaik saja" (Merry Riana).

No comments:

Post a Comment